Kalau
kita melihat kembali perjalanan kehidupan kita, tentunya kita sependapat bahwa
sakit rasanya kalau terjadi penolakan-penolakan yang dilakukan oleh orang-orang
pada keberadaan kita. Ketika ide kita, pikiran kita, pendapat kita, bahkan
hal-hal baik yang ingin kita sampaikan kepada orang lain langsung ditolak
begitu saja, bahkan dengan kata-kata yang cenderung kasar.
Kalau kita melihat kembali pengalaman
Yesus yang ditolak ditempat asalnya sendiri, yaitu Nazaret, bahkan saat ia
ditolak oleh orang-orang yang telah melihat mujizatNya sampai ia harus
disalibkan, kira-kira bagaimana perasaan Yesus pada saat itu??? Apakah Ia
memang senang atau malah sakit hati???
Kalau
kita perhatikan bersama-sama dalam ayat 4, Yesus dengan sangat tegas berkata bahwa
"Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya
sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya."
Lalu pertanyaannya adalah mengapa
seorang nabi ditolak ditempatnya sendiri, diantara kaum keluarganya dan di
rumahnya? Hal ini pun tentunya tidak dialami oleh Yesus sendiri, kita pun
pernah mengalami atau sering mengalaminya. Pada saat kita ingin menyampaikan
suatu kebenaran ternyata kita malah dijauhi, ketika kita ingin menolong orang
lain ternyata pertolongan kita itu tidak dihiraukan bahkan kita menjadi bahan
omongan karena dianggap ingin mencari pujian, ingin dilihat sebagai orang yang
hebat, dsb.
Saya mencatat, setidaknya ada dua
hal yang menjadi alasan mengapa kita sering mendapat penolakan tersebut. Pertama, kondisi dan status keluarga
kita. Kalau kita lihat dari teks bacaan ini, khususnya pada ayat yang ke 3,
Yesus ditolak karena status keluarganya. Ia hanyalah anak seorang tukang kayu,
anak Maria, saudara Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon. Dalam kehidupan kita
sehari-hari, seringkali setiap penolakan-penolakan yang kita alami karena
orang-orang banyak menilai bukan hanya diri kita, tetapi seisi rumah kita.
Banyak orang yang menjadi heran, dengan berkata ”bagaimana dia berbuat seperti
itu? Padahal dulu dia preman, suka memukuli istrinya atau anaknya, dsb” atau
”bagaimana di bisa mengatakan hal seperti itu? Padahal istrinya tidak setia,
suaminya sering mabuk-mabukan, anaknya jarang sekali dirumah, dsb”. Orang-orang
cenderung menganggap ”lebih baik engkau
perbaiki dulu keluargamu baru engkau bisa berkata kepada orang lain!”
Kedua, Lingkungan kita. Sama seperti Yesus yang dianggap rendah
oleh orang lain, Ia hanya dianggap sebagai seorang tukang kayu dan seorang
tukang kayu hanya bisa untuk memanfaatkan kayu untuk apapun. Dalam kehidupan
kita sehari-hari pun seringkali hal itu terjadi. Seringkali kita direndahkan,
misalnya hanya lulus SMA, atau hanya lulus SMP, kita dianggap tidak bisa
melakukan hal besar seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang telah sarjana
atau kedudukannya lebih tinggi. Atau orang beranggapan bukankah kita berasal
dari suku ini dan tidak bisa melakukan hal itu. Hal-hal seperti inilah yang
biasa terjadi dalam kehidupan kita.
Dari setiap penolakan-penolakan yang
dialami ini, ada satu hal yang perlu kita lihat dari teladan Yesus, yaitu Yesus
tidak marah kepada orang-orang ditempat asalNya sendiri. Dia tidak merenungi
atau meratapi nasibNya, “mengapa ini terjadi atau mengapa itu terjadi”. Dia
juga tidak menyerah begitu saja akan kondisi yang dialamiNya. Ia bahkan fokus
kepada visi dan misiNya untuk melanjutkan setiap pekerjaan yang harus ia
kerjakan.
Penolakan yang Yesus alami
membangkitkan semangatnya untuk tetap mengajar di tempat asalNya. Yesus bahkan
mengutus kedua belas muridNya untuk mengajar disitu, murid-murid diminta untuk
memberitakan bahwa setiap orang harus bertobat, bahkan mereka pun mengusir
banyak setan dan menyembuhkan orang sakit. Dengan demikian dapat terlihat bahwa
penolakan yang dialami Yesus, ia manfaatkan untuk membangkitkan semangatnya dan
murid-muridNya mengajarkan kebenaran kepada orang disekitarNya.
Namun demikian, kalau kita
perhatikan penolakan yang kita alami memang tidak dapat dibandingkan dengan
penolakan yang Yesus alami. Penolakan yang Yesus alami lebih berat daripada
penolakan yang kita alami, tetapi pada saat yang sangat berat seperti itu,
Yesus mampu untuk bertahan dan menghalau semuanya.
Ada sebuah cerita tentang seorang gadis kecil berusia 8 tahun. Ia menuliskan sebuah surat kepada guru
sekolah minggu digerejanya untuk
meminta nasihat. Dalam
surat itu ia bertanya, “bagaimana
caranya supaya ayahku mau menyimpan foto diriku”. Ia berkata bahwa selama ini ayahnya membawa foto adik laki-lakinya dalam dompet (ternyata wajah adiknya itu mirip sang ayah), juga foto saudarinya yang
cantik berusia 15 tahun. Tetapi ketika gadis kecil itu memberikan foto dirinya,
sang ayah malah memasukkannya ke dalam laci. Ia merasa bahwa dirinya tidak cukup cantik untuk ayahnya, sehingga ayahnya kemungkinan malu memamerkan foto
anaknya ini di dompetnya.
Guru sekolah minggu
yang membaca surat ini merasa begitu kasihan dan ia mencoba untuk bertemu
dengan ayah anak ini dan berbicara kepada ayahnya. Guru sekolah minggu ini
berkata, “bapak, saya dikirimi surat oleh anak bapak yang mengatakan bahwa dia
sangat sedih karena foto dirinya dimasukkan dalam laci sementara adik dan
kakaknya ada di dompet bapak, apakah bapak sengaja melakukannya?” Si ayah ini
kemudian terkejut dan cepat-cpat memanggil anaknya ini dan menggendong anaknya
di pangkuannya, lalu ayahnya ini mengeluarkan HPnya dan menunjukkan kepada
anaknya ternyata foto anaknya ini selalu ada dilayar HP ayahnya. Setiap kali
ayahnya ini membuka HPnya maka pertama kali yang ia lihat adalah anaknya ini.
Dari kisah ini, dapat
kita lihat bahwa tidak enak rasanya jika keberadaan kita tidak diakui oleh
orang lain atau kita berada dalam sebuah komunitas tetapi keberadaan kita itu
seperti ditolak dari orang-orang sekitar kita. Namun, di dalam keadaan seperti
itu, ternyata kita masih memiliki Bapa yang menyimpan setiap foto kita
masing-masing, yang selalu melihat kita, ia tidak pernah melupakan kita ataupun
meninggalkan kita dalam setiap kesulitan yang kita alami. Karena apa? Karena
dia Bapa kita, Dia tahu apa yang harus Ia kerjakan dalam kehidupan kita dan
hanya satu yang Ia minta dalam kehidupan kita yaitu agar kita selalu percaya
kepadaNya dan mengimani setiap rancangan kehidupan yang kita jalani saat ini.
Kalau kita perhatikan
dalam kehidupan kita sehari-hari, saat ini keberadaan kita sebagai orang Kristen
seringkali ditolak oleh masyarakat, misalnya kita dapat melihat kenyataan
bagaimana sulitnya untuk membangun gereja di beberapa tempat di Indonesia,
bahkan sampai ada gereja-gereja yang ditutup. Atau bagi kita yang bekerja
seringkali ketika akan melamar pekerjaan ataupun akan naik pangkat dari
pekerjaan kita, hal pertama yang dilihat adalah agamanya, biasanya di banyak
kantor-kantor pemerintahan agama non Kristen sangat diutamakan untuk
mendapatkan posisi yang nyaman.
Tuhan
Yesus adalah figur teladan bagi para pemimpin dan bagi kita semua. Beratnya
tugas yang diemban oleh Yesus sudah mulai nampak ketika Dia ditolak oleh
orang-orang di kampung halaman-Nya sendiri. Padahal mereka adalah orang-orang
yang paling dekat dengan-Nya, yang seharusnya memberikan dukungan terhadap
proyek keselamatan yang mulai dikerjakan Yesus. Tetapi justru merekalah yang
kini merusaha melemahkan semangat Yesus.
Namun Yesus adalah pribadi yang berpandangan luas. Keselamatan bukan
hanya untuk orang-orang tertentu saja, tetapi bagi semua orang. Meskipun
berkarakter pemimpin, Dia tidak memaksa orang lain untuk percaya kepada-Nya.
Dia hanya hendak membuka mata semua orang bahwa apa yang dinubuatkan oleh para
nabi kini telah terlaksana. Roh Tuhan ada pada-Nya. Dialah yang terurapi, sang Kristus
yang diutus untuk memberitakan kabar gembira.
Dalam pengalaman kita ditolak orang lain, bahkan oleh orang–orang yang
terdekat dengan kita. Kita tidak perlu kecewa jika kita ditolak karena
menegakkan kebenaran sesuai dengan iman kristen kita. Suara kenabian harus kita
gemakan pada zaman sekarang ini. Marilah kita mengingat juga bahwa Tuhan Yesus
juga pernah ditolak, bahkan sampai menderita dan mati di kayu salib.Tetapi
justru melalui peristiwa itu, Dia diangkat oleh Bapa menjadi penguasa atas
dunia ini. Kita pun seharusnya meneladani Tuhan Yesus. Apapun penolakan dunia
ini, hendaklah kita terus maju dan berjuang demi iman kita kepada Kristus. Dan
kalau kita bisa bertahan, kitalah pemenang atas hidup kita. Apapun yang terjadi
dalam hidup, percayalah, Tuhan tidak akan meninggalkan kita.
Saya sungguh tersentuh dengan ceritra yang ada di renungan ini. Saya sering mendengar sharing orang yang ditolak oleh sesamanya karena alasan yang tidak masuk akal
BalasHapusRenungan yg sungguh memberi kekuatan baru dalam perjalanan hidup kita, apa bila kita yakin dan percaya kepada Tuhan Yesus Sang Penyelamat yg merupakan peran utama dalam seluruh perjalanan hidup umat manusia
BalasHapusMohon dukungan doa untuk saya sudah 5 tahun sakit stroke dan insomnia. Terima kasih. Melchior Suroso
BalasHapussemoga Bapak Melchior Suroso diberi kesembuhan oleh Tuhan Yesus. Kita percaya kuasa dan mujizat-Nya akan memulihkan kembali kesehatan Bapak Melchior Suroso.
Hapus